Dilengkapi penjelasan al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqolani
بسْم الله الرحمن الرحيم
كتَابُ العلْم
Bab 1. Keutamaan Ilmu
وقول الله تعالى { يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات والله بما تعملون خبير } / المجادلة 11 / .
Firman Allah ta’ala (yang artinya), “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang diberi karunia ilmu sebanyak beberapa derajat. Allah Maha mengetahui apa saja yang kalian kerjakan.” (QS. al-Mujadilah: 11)
Keterangan[1] :
1. Allah akan mengangkat kedudukan seorang mukmin yang berilmu di atas seorang mukmin yang tidak berilmu
2. Diangkatnya derajat orang yang berilmu menunjukkan keutamaan ilmu
3. Pengangkatan derajat itu meliputi pengangkatan secara maknawi di dunia yaitu berupa ketinggian martabat dan nama baik -di masyarakat- dan juga pengangkatan secara hissi/terindera yaitu ketika di akherat berupa ketinggian kedudukan di surga
4. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang memahami dan mengamalkan al-Qur’an dengan benar dan akan menghinakan orang-orang yang tidak memahami dan mengamalkan al-Qur’an sebagaimana mestinya. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sebagian orang karena Kitab ini dan juga akan merendahkan sebagian lainnya karenanya pula.” (HR. Muslim dari Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu) (Silahkan periksa Fathul Bari [Juz 1 halaman 172] penerbit Darul Hadits cet. 1424 H)
وقوله عز و جل { وقل رب زدني علما } / طه 114 /
Firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Wahai Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu.” (QS. Thaha: 114)
Keterangan:
1. Ayat ini sangat jelas menunjukkan keutamaan ilmu. Sebab Allah tidak pernah memerintahkan Nabi untuk meminta tambahan sesuatu melainkan tambahan ilmu
2. Ilmu yang dimaksud dalam ayat ini adalah ilmu syar’i/ilmu agama, yaitu ilmu yang membuahkan pemahaman tentang apa saja yang wajib dilakukan oleh setiap orang dalam urusan agamanya, baik dalam hal ibadah maupun muamalah, ilmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya serta apa saja yang harus ditunaikan untuk-Nya, dan menyucikan Allah dari segenap cela. Poros semua ilmu agama terkumpul dalam tiga bidang ilmu, yaitu: tafsir, hadits, dan fiqih (Silahkan periksa Fathul Bari [Juz 1 halaman 172] penerbit Darul Hadits cet. 1424 H).
Bab 2. Orang yang ditanya mengenai suatu ilmu sementara dia sedang sibuk berbicara lantas dia pun menuntaskan pembicaraannya baru kemudian menjawab si penanya
حدثنا محمد بن سنان قال حدثنا فليح ( ح ) . وحدثني إبراهيم بن المنذر قال حدثنا محمد بن فليح قال حدثني أبي قال حدثني هلال بن علي عن عطاء بن يسار عن أبي هريرة قال : بينما النبي صلى الله عليه و سلم في جلس يحدث القوم جاءه أعرابي فقال متى الساعة ؟ . فمضى رسول الله صلى الله عليه و سلم يحدث فقال بعض القوم سمع ما قال فكره ما قال . وقال بعضهم بل لم يسمع . حتى إذ قضى حديثه قال ( أين – أراه – السائل عن الساعة ) . قال ها أنا يا رسول الله قال ( فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة ) . قال كيف إضاعتها ؟ قال ( إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة )
Muhammad bin Sinan menuturkan kepada kami. Dia berkata: Fulaih menuturkan kepada kami (ha’). Ibrahim bin al-Mundzir juga menuturkan kepadaku. Dia berkata: Ayahku menuturkan kepadaku. Dia berkata: Hilal bin Ali menuturkan kepadaku -sebuah riwayat- dari Atho’ bin Yasar dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Beliau berkata: Suatu saat ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dalam sebuah majelis/pertemuan untuk menyampaikan pembicaraan kepada sekelompok orang. Tiba-tiba ada seorang Arab Badui yang datang dan langsung bertanya, “Kapankah terjadinya hari kiamat?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sebagian orang yang hadir mengatakan, “Beliau mendengar ucapan itu namun beliau tidak senang terhadap isi ucapannya.” Sebagian yang lain berkata, “Bahkan beliau tidak mendengarnya.” Sampai pada akhirnya setelah beliau menuntaskan pembicaraannya, beliau pun berkata, “Dimana -menurutku (ucapan periwayat, pent)- orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?”. Lelaki itu pun menjawab, “Ini saya, wahai Rasulullah.” Maka beliau pun berkata, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu orang itu kembali bertanya, “Bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila suatu urusan telah diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah hari kiamat.” (Hadits no 59, disebutkan ulang pada hadits no 6496)
Keterangan:
1. Kaitan antara isi hadits ini dengan Kitabul Ilmi adalah bahwasanya penyandaran urusan kepada bukan ahlinya itu akan banyak terjadi ketika kebodohan telah merajalela dan ilmu telah diangkat, dan itu termasuk dalam ciri-ciri menjelang datangnya kiamat.
2. Dengan menyebutkan hadits ini dalam Kitabul Ilmi seolah-olah Imam Bukhari mengisyaratkan bahwa semestinya ilmu diambil dari orang-orang yang lebih senior (akabir), bukan dari orang-orang yang masih dangkal ilmunya (Silahkan periksa Fathul Bari [Juz 1 halaman 175] penerbit Darul Hadits cet. 1424 H). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah satu ciri dekatnya hari kiamat adalah ilmu dituntut dari orang-orang yang kecil/ashaghir.” (HR. Ibnu Mubarak dalam az-Zuhd [61], Abu Amr ad-Dani dalam al-Fitan [2/62], al-Lalika’i dalam Syarh Ushul as-Sunnah [1/230, Kawakib 576], at-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, al-Hafizh Abdul Ghani al-Maqdisi dalam al-’Ilm [2/q 16], Ibnu Mandah dalam al-Ma’rifah [1/220/2] dari sahabat Abu Umayyah al-Jumahi. Hadits ini dinyatakan bagus/jayyid sanadnya oleh al-Albani dalam as-Shahihah [695]). Ibnul Mubarak mengatakan bahwa yang dimaksud al-Ashaghir/orang-orang kecil tersebut adalah ahli bid’ah (penyebar ajaran baru) (lihat Silsilah al-Ahadits as-Shahihah no. 695 [2/194] Software Maktabah as-Syamilah)
Catatan Kaki:
[1] Keterangan ini kami sarikan dari Fathul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, semoga Allah merahmatinya.
Sumber: http://abu0mushlih.wordpress.com
30 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar